Nama Michael Arrington berkibar saat dia mendirikan TechCrunch pada tahun 2005. Kini bisa dikatakan TechCrunch adalah “blog resmi” Silicon Valley. |
Di luar perdebatan yang masih berlangsung, sebenarnya banyak pihak yang telah bersiap untuk terjun mempersiapkan alternatif, salah satunya dalam bentuk media online atau blog. Malah ada juga yang mencoba memanfaatkan peluang dengan turut mendirikan media online meski tidak memiliki pengalaman dalam media cetak. Banyak yang berhasil namun tak sedikit pula yang gugur.
Salah satu yang dapat dikatakan berhasil, malah sangat berhasil, adalah TechCrunch, sebuah media online yang mengupas berbagai berita terbaru tentang teknologi informasi. Adalah Michael Arrington yang menjadi arsitek di balik suksesnya TechCrunch tersebut.
Meskipun sukses dengan media berisi berita teknologi informasi, Michael Arrington sejatinya tidak memiliki latar belakang pendidikan jurnalistik maupun teknologi. Tapi, memang curriculum vitae sebagai pengusaha yang dimiliki oleh Arrington cukup mentereng. Inilah yang membuatnya memiliki semangat pantang menyerah. Sikap uletnya juga diyakini menjadi salah satu faktor yang melambungkan TechCrunch.
Bukan Berlatar Belakang Teknologi
Michael Arrington terlahir pada tanggal 13 Maret 1970 di Huntington Beach, California, dengan nama J. Michael Arrington. Hingga detik ini, hampir tidak ada media yang berhasil mengorek kepanjangan inisial J tersebut.
Latar belakang pendidikan tinggi yang ditempuh Arrington sangat jauh dari dunia teknologi informasi. Dia mengambil jurusan ekonomi di Claremont McKenna College dan berhasil meraih gelar sarjananya di tahun 1992. Setahun kemudian, Arrington melanjutkan lagi pendidikannya di Sekolah Hukum Stanford hingga akhirnya lulus di tahun 1995.
Berbekal pendidikannya di Stanford, Arrington kemudian bekerja di dua firma hukum sekaligus, yaitu O’Melveny & Myers dan Wilson Sonsini Goodrich & Rosati. Di sinilah Arrington mulai banyak bertemu dengan perusahaan besar yang bergerak di bidang teknologi.
Pemimpin firma tersebut, Larry Sonsini, dikenal sebagai pengacara dan konsultan hukum untuk perusahaan besar teknologi informasi, sebut saja Google, Amazon, Twitter, Autodesk, Hewlett-Packard, LinkedIn, Netflix, dan lain-lain. Sementara nama-nama besar teknologi yang langsung menjadi klien Arrington adalah Netscape, Pixar, Apple, dan Idealab. Di samping itu dia juga menangani beberapa startup, perusahaan ventura, dan bank investasi.
Di penghujung abad ke-20, khususnya di Silicon Valley, Arrington makin banyak menangani urusan IPO (initial public offering atau penawaran perdana saham perusahaan ke khalayak umum), dana ventura, dan merger antarperusahaan.
Terjun Menjadi Pengusaha
Bertemu dengan banyak perusahaan besar teknologi dan menjadi konsultan hukum bagi mereka dari sisi pendanaan barangkali membangkitkan kembali gairah jiwa ekonomi Arrington. Jadi ketika sudah merasa puas menjadi praktisi hukum, Arrington mulai banyak mencurahkan waktunya untuk menjadi seorang pengusaha.
Petualangannya menjadi pengusaha diawali dengan belajar menjadi karyawan terlebih dahulu. Pada tahun 1999, Arrington meninggalkan Wilson Sonsini Goodrich & Rosati untuk bergabung dengan sebuah startup bernama RealName. Di RealName, Arrington menjabat sebagai wakil presiden urusan pengembangan bisnis. Sayang sekali awal kisahnya sebagai calon pengusaha tidak berakhir dengan sukses karena RealName dinyatakan bangkrut.
Namun ciri seorang (calon) pengusaha sukses adalah tidak mudah menyerah. Pada tahun 2000, bersama dengan Keval Desai, Arrington mendirikan Achex, sebuah perusahaan pembayaran online. Kali ini Arrington cukup sukses karena pada awalnya Achex mendapatkan investasi sebesar hampir 20 juta dollar AS. Dan setahun kemudian, perusahaannya ini dijual kepada First Data Corp sebesar 32 juta dollar AS. Achex kini bahkan menjadi tulang punggung infrastruktur Western Union online.
Ada satu perkataan menarik yang meluncur dari mulut Arrington pasca-pembelian Achex oleh First Data Corp, yaitu “Saya telah menghasilkan uang yang cukup untuk membeli sebuah Porsche. Tak lebih.” Kalimat ini barangkali bisa dimaknai sebagai sebuah lecutan untuk dirinya sendiri bahwa apa yang dilakukannya selama ini baru menghasilkan sebuah Porsche saja dan belum apa-apa bila dibandingkan dengan raksasa teknologi informasi lainnya.
Mendirikan Banyak Perusahaan
Setelah “membidani” Achex, Arrington memegang jabatan operasional pada sebuah startup yang didanai oleh Carlyle, yang berlokasi di London. Pada saat bersamaan, dia juga menjadi konsultan VeriSign. Jiwa pengusahanya tetap diasah dengan menjadi co-founder dua perusahaan di Kanada yaitu Zip.ca dan Pool.com.
Daftar panjang curriculum vitae Michael Arrington tidak berhenti sampai di situ. Masih ada lagi perusahaan yang didirikannya seperti Edgeio. Perusahaan lain yang sempat merasakan tangan dingin kepemimpinannya, antara lain Foldera (sebagai direktur) dan Razorgator (sebagai COO atau chief operating officer).
Nama Michael Arrington baru benar-benar berkibar saat dia mendirikan TechCrunch pada tahun 2005. TechCrunch adalah sebuah penerbitan online, secara sederhana barangkali bisa juga disebut sebuah blog. TechCrunch menjadi luar biasa karena mengangkat berita-berita terbaru tentang perkembangan teknologi, khususnya dari Silicon Valley, serta memberikan analisis yang cukup rinci. Malahan kini bisa dikatakan TechCrunch adalah “blog resmi” Silicon Valley.
Arrington benar-benar mencurahkan segenap kehidupannya demi kesuksesan TechCrunch. Saat mengawali blog tersebut, dalam satu hari Arrington bisa menulis beberapa artikel dan benar-benar bekerja keras hingga tertidur karena kelelahan. Teramat sering dia tertidur di atas keyboard-nya. Setelah terbangun, siklus kerja keras tersebut diulanginya lagi hingga dia tertidur lagi.
Kerja kerasnya memang terbayar dengan kesuksesannya saat ini. Namun di balik itu, Arrington sempat bermasalah dengan kesehatannya karena pola tidur dan makannya yang tidak teratur. Bahkan berat badannya sempat naik sekitar 22,7 kg dalam waktu lima tahun.
Michael Arrington |
Kunci Kesuksesan
Walaupun demikian, kesuksesan TechCrunch tidak semata ditentukan oleh kerja keras Arrington. Keputusannya yang tepat dalam merekrut orang-orang untuk mengisi konten TechCrunch tentu juga memiliki andil.
Pengisi konten TechCrunch di antaranya adalah jurnalis-jurnalis yang cukup ternama serta orang-orang dengan kompetensi di bidang tertentu, seperti Chris Dixon dan Semil Shah yang bergerak di bidang dana ventura, serta pengusaha bernama Kevin Rose.
Sukses TechCrunch tidak lantas membuat Arrington berhenti berkarya. Konsekuensi logis dari suksesnya TechCrunch membawanya memiliki uang yang tentunya bukan hanya sekadar cukup untuk membeli sebuah Porsche, namun bisa membeli perusahaan lain.
Dengan dana yang dimilikinya, dia mendirikan CrunchFund pada tahun 2011 bersama dengan dua rekannya, M.G. Siegler dan Patrick Gallagher. CrunchFund banyak mendanai perusahaan-perusahaan startup dan bahkan membelinya bila dinilai memiliki prospek bagus.
Pada tanggal 20 September 2010, pada konferensi TechCrunch Disrupt di San Fransisco, AOL mengumumkan akan mengakuisisi TechCrunch, dengan nilai transaksi diperkirakan berkisar antara 25 juta hingga 40 juta dollar AS.
Meskipun memiliki watak pekerja keras yang patut dicontoh, Michael Arrington tetaplah manusia biasa yang memiliki kelemahan. Arrington sayangnya memiliki sifat temperamental dan sering memaki rekan kerjanya dengan kata-kata kasar. Mungkin itu pula yang sempat menimbulkan misteri mundurnya Arrington dari TechCrunch pada bulan September 2011.
Rumornya, dia direkrut oleh AOL Venture. Namun hanya dalam hitungan hari, dikabarkan Arrington tidak lagi berada di AOL Venture. Malah pada bulan Oktober 2012, Arrington diberitakan kembali lagi ke TechCrunch.
0 Comments
Silakan berkomentar yang baik, dilarang komentar yang berbentuk spam, misalnya unsur pornografi, kata-kata jorok. dll
EmoticonEmoticon